Bismillah
Qadarullah wa maa syaa’a fa’al hingga detik ini wabah Corona masih saja mengintai Indonesia. Hanya Indonesia? Sebenarnya hampir seluruh dunia sih, tetapi saat ini negara kita sedang mengalami endless first wave, gelombang pertama yang entah di mana ujungnya.
Negara lain boleh berbangga karena berhasil mengatasi Corona. Sebaliknya, Indonesia, setiap hari, kasus positif Covid-19 makin menggurita.
Saat beberapa negara telah menerapkan kehidupan dengan adaptasi kebiasaan baru (new normal), kita justru masih terus berjuang. Tergagap dengan istilah new normal, padahal sejatinya masih abnormal.
Bagaimana mungkin disebut new normal jika gelombang pertama kasus positif Corona saja tak ada ujungnya?
Segalanya Serba Digital
Keadaan new normal yang masih abnormal pun berdampak pada aspek kehidupan masyarakat. Perekonomian rakyat kecil terpuruk. Akibatnya, mereka harus memutar otak agar tetap bertahan hidup.
Seiring dengan pemberlakuan jaga jarak, kegiatan tatap muka berkurang. Bisnis online bertaburan. UKM sebagai roda penggerak perekonomian pun berlomba agar tidak kehilangan kesempatan.
Tak hanya itu, belajar via daring pun diterapkan. Semua orang dipaksa melek digital. Penggunaan aplikasi digital pada masa new normal abnormal seperti ini pun menjadi sesuatu yang esensial. Zoom, Google Classroom, dan Google Meet makin melejit.
***
Melek digital saat new normal merupakan satu-satunya cara agar tidak terjungkal. Mereka yang enggan melakukannya, tentu akan tertinggal.
Barakallahu fiikum.
Photo credit: unsplash.com/Elise Bouet